Setelah sekitar 48 tahun dianggap sebagai sebuah hipotesis, sekelompok ilmuwan tergabung dalam Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir (CERN) berhasil menemukan partikel yang dianggap konsisten dengan partikel Higgs boson. Partikel baru yang ditemukan tim ATLAS dan CMS itu memiliki massa sekitar 125-126 GeV (Gigaelectronic Volts, atau satuan energi setara miliaran electron volts).

Meski mengakui ini adalah temuan awal, tapi Juru Bicara CMS, Joe Incandela, mengatakan temuan ini memiliki hasil signifikan. "Ini jelas partikel baru. Kami tahu ini kemungkinan adalah boson, dan ini adalah boson terberat yang pernah ditemui," ucap Incandela.

Tapi apa sebenarnya Higgs boson?


Higgs boson adalah partikel hipotesis yang mengisi massa menjadi materi. Partikel ini dianggap sangat penting, sebab dianggap bisa melengkapi bahkan menyempurnakan teori dentuman besar (big bang) dalam proses terbentuknya alam semesta.

Berdasarkan teori itu, setelah terjadi dentuman besar, maka semesta yang sangat panas terisi oleh hamparan partikel. Higgs boson disebut berperan untuk mengisi atau memberi massa untuk sejumlah partikel dasar, hingga terbentuk menjadi materi.

Berdasarkan teori yang dicetuskan ilmuwan Inggris Peter Higgs, terdapat medan (kemudian dinamakan medan Higgs) yang berinteraksi dengan partikel-partikel kecil, dan terus beraktivitas hingga membentuk atom atau bagian terkecil dari suatu materi.

Atom sendiri terdiri dari partikel subatom proton, elektron, dan neutron. Sejak ditemukannya partikel quarks yang merupakan pembentuk partikel subatom di tahun 1960an, kehadiran suatu partikel yang memberikan massa ke partikel dasar pun semakin merasa dibutuhkan 'keberadaannya'.

Laboratorium Fermilab di Amerika Serikat yang bertahun-tahun mencari Higgs boson menjelaskan, tanpa adanya Higgs boson, maka quarks tidak akan terkombinasi membentuk proton atau neutron. Kemudian, proton dan neutron pun tidak akan terkombinasi dengan elektron untuk membentuk atom. Tanpa atom, maka molekul dan materi pun tidak akan terbentuk.

Analogi selebriti

Penemuan Higgs boson dianggap akan melengkapi model standar dalam fisika partikel. Dalam model standar yang menjelaskan partikel yang menyusun suatu materi, diketahui ada dua golongan partikel elementer, yaitu fermion dan boson.

Fermion terdiri dari quarks dan lepton. Sedangkan boson terdiri dari partikel elementer yang memiliki sejumlah gaya, seperti gaya elektromagnetik (photon), gaya inti kuat (gluon), dan gaya inti lemah (boson W dan Z).

Tapi seperti apa cara Higgs boson mengisi massa dan berinteraksi di medan Higgs?

Professor David Miller dari University College London memberikan analogi sederhana. Di sebuah ruangan terdapat kumpulan kerumunan orang yang sedang asik berbincang. Dalam analogi ini, ruangan itu adalah medan Higgs yang berisi sekumpulan partikel.

Kemudian datang seorang selebriti terkenal. Kehadirannya sontak memiliki pengaruh dalam interaksi di ruangan itu. Selebriti itu kemudian makin dipadati kerumunan. Dalam analogi ini, tiap individu dalam kerumunan itu berlaku seperti Higgs boson, yang memberi massa terhadap suatu partikel/selebriti.



Semakin kuat interaksi yang dilakukan, maka massa akan semakin berat mengerumuni selebriti itu. Ini berarti interaksi boson makin kuat, dan ini pula yang kemudian mendorong terbentuknya suatu materi.

"Partikel Tuhan"?

Higgs boson memang dianggap sebagai kepingan puzzle yang hilang untuk menjelaskan terbentuknya materi. Atas perannya itu, Higgs boson pun kemudian mendapat julukan "Partikel Tuhan".

Tapi istilah ini sendiri berawal dari buku yang ditulis pemenang Nobel bidang Fisika, Leon M. Lederman, yang berjudul The God Particle: If the Universe is the Answer, What is the Question? Dalam buku terbitan 1993, peneliti Fermilab itu mengaku memberi sebutan "Partikel Tuhan" sebab partikel ini sangat utama dalam memahami ilmu fisika saat ini.

"Sangat krusial untuk memahami struktur materi, tapi begitu sulit untuk ditemukan," ucap Lederman. "Lagipula", Lederman melanjutkan, "penerbit tidak mungkin memberi judul buku ini 'Goddamn Particle'," ucap ilmuwan yang memang dikenal humoris ini.

Meski begitu, banyak ilmuwan yang tidak suka dengan istilah "Partikel Tuhan". Sebab, istilah ini dianggap mengecilkan peran Higgs boson dalam pembentukan materi.

Peter Higgs yang mengaku seorang atheis ini bahkan mengaku tidak suka dengan istilah "Partikel Tuhan". "Sebab istilah ini bisa menyinggung perasaan orang beragama," ucap Higgs.

Hasil penelitian CERN ini memang masih temuan awal. Secara aplikatif dan praktis, memang temuan Higgs boson ini belum bisa diterapkan, bahkan hingga beberapa tahun ke depan.

"Langkah ke depan kami (CERN) adalah untuk memahami partikel secara alamiah dan pentingnya dalam memahami semesta," kata Direktur Riset CERN, Sergio Bertolucci.

Sejumlah ilmuwan memang menganggap temuan ini penting, bahkan disejajarkan dengan penemuan Amerika oleh Christopher Columbus. Tapi, temuan partikel yang konsisten dengan Higgs boson ini diharap tidak hanya berhenti dilakukan untuk melengkapi model standar dalam fisika partikel. Karena banyak pertanyaan yang belum terjawab dalam fisika partikel, antara lain materi gelap atau partikel hipotesis penyebab gravitasi yang bernama graviton