Jika Anda menjawab “ya” untuk pertanyaan di bawah ini, organisasi Anda dapat menghindari lima jebakan utama dalam menuliskan analisis kinerja.


1.    Apakah Anda seorang pembuat analisis kinerja yang selalu ingin tahu?
Pertanyaan terpenting dalam pikiran seorang analis kinerja adalah “Mengapa?” Menjawab pertanyaan tersebut terkadang sulit tetapi tidak boleh menghambat keingintahuan seorang penulis analisis kinerja. Apakah Anda juga dapat melihat gambaran besar dari permasalahan yang ada?

2.    Apakah orang yang membuat analisis kinerja dan pembuat keputusan memiliki hubungan /komunikasi yang baik?
Analisis kinerja yang baik membutuhkan informasi kualitatif, dimana tidak satupun individu yang dapat memahami semua permasalahan yang muncul dan berpengaruh pada kinerja (KPI). Oleh karenanya memiliki hubungan dan jaringan komunikasi yang intensif dengan pelaksana di lapangan memberikan pemahaman pada penulis analisis kinerja untuk menjelaskan kondisi/kinerja yang dicapai. 

3.    Apakah pembuat analisis kinerja memahami bisnis/industri yang digeluti?
Apakah mereka memahami apa yang menjadi pendorong (driver) dari setiap sasaran kinerja?
Pemahaman atau sedikitnya familiar dengan pendorong (driver) dari setiap sasaran kinerja akan memberikan landasan yang kuat untuk melakukan penelaahan mengenai alasan pencapaian kinerja. Hal ini juga membantu penulis untuk mem-validasi atau beragumen mengenai bagaimana bisnis/usaha dalam suatu organisasi seharusnya dijalankan.

4.    Apakah organisasi Anda merupakan organisasi pembelajar?
Analisis kinerja yang baik membutuhkan lingkungan dimana kesalahan dapat diterima dan harus menjadi pembelajaran di masa depan. Jika kinerja yang buruk selalu dicarikan alasan untuk menutupi, maka analisis kinerja akan kehilangan peluang untuk menjadi alat pembelajaran di masa depan.

5.    Apakah pimpinan Anda mengharapkan analisis yang lebih dari sekadar pelaporan ukuran kinerja, namun juga meminta insight dari kondisi yang ada?
Jika para pimpinan terlalu berfokus pada ukuran-ukuran kinerja yang telah dicapai, mereka tidak akan merasa penting untuk mengelola proses dan inisiatif yang menjadi pendorong (driver) dari kinerja